29.3.06

Diantara Pertemuan, Perpisahan, Ruang, & Waktu

Kenapa kita hanya setia pada hangatnya pertemuan?
lalu sedih dan tidak senang ketika perpisahan menjemput?
Bukankah waktu tidak selamanya abadi?

Waktu memang tidak selamanya abadi dan stagnan di satu titik. Ia mengalir mengikuti garis yang telah ditentukan oleh Sang sutradara semesta raya. Begitu pula pertemuan tidak selamanya kekal di satu titik, ia akan berganti dengan perpisahan. Ia ibaratnya sebuah lilin. Ia menghadirkan cahaya kedamaian dan kehangatan hingga akhirnya ia padam karena waktu. Lalu ia tergantikan dengan yang baru lalu padam dan kemudian tergantikan dengan yang baru lagi lalu padam dan seterusnya. Haruskah kita menyesal ketika menyalakan lilin itu dan menangis ketika ia padam? Haruskah kita menyesali sebuah pertemuan dan kemudian menangis karena perpisahan?

Sedih boleh-boleh saja ketika kita harus berpisah dengan sahabat-sahabat yang kita cintai, kasihi, sayangi, dan hormati (karena itu sifat manusia banget gituw loh!). Namun tidaklah dewasa kalau kita terlalu larut dalam kesedihan.
Perpisahan itu hanyalah sebuah masalah perbedaan jarak dimensi ruang dan waktu.
Bukankah kedekatan kita dengan sahabat-sahabat kita terletak pada hati kita masing-masing? Dan bukankah koneksitas hati kita tidak bergantung pada dimensi ruang dan waktu?

Dan mungkin bila nanti
Kita kan bertemu lagi
Satu pintaku jangan
Kau coba tanyakan kembali
Rasa yang kutinggal mati
Seperti hari kemarin

Saat semua disini

mungkin nanti - Peterpan


No comments: